Saya melihat seorang wanita berjalan sendirian di
Saya lalu mendekatinya dan memberi salam kepadanya.
"Assalamu alaikum!"
"Wa alaikumus salam," jawabnya bersahaja.
"Dari manakah ibu ini?!" tanyaku kepadanya.
"Dari rumah kekasih," jawabya pula. Kekasih apa di tengah-tengah
"Hendak ke mana pula?!" tanyaku lagi.
"Ke rumah kekasih," jawabnya tenang sahaja. Apa kata wanita ini, dari rumah kekasih ke rumah kekasih, barangkali terganggu otaknya.
"Tidak takutkah ibu berjalan sendirian di padang pasir yang sunyi sepi ini?"
"Takut?" soalnya kepadaku, lalu dia mendongak ke atas langit sambil berkata dengan suara yang keras:
Maksudnya: "Dialah Zat yang mengetahui segala yang masuk ke dalam bumi dan yang keluar daripadanya, dan yang turun dari langit dan yang naik kepadanya, dan dia Zat yang menyertaimu di mana sahaja engkau berada. Dan dia mengetahui segala yang engkau perbuat." (AL-Hadid: 4)
Kemudian wanita itu memandang kepadaku seraya berkata pula:
"Wahai orang yang tidak sedarkan dirinya!
Siapa yang benar-benar senang kepada Allah takkan tenang dia kepada selainNya. Siapa yang benar-benar mencari kerelaan Allah akan rela atas semua atas ketentuanNya."
Selesai dari mengucap kalimah itu, tiba-tiba ia menghilangkan dirinya dari pandanganku. Kemanakah dia sudah pergi, entahlah kelibatnya pun tidak kelihatan lagi.
Begitulah halnya para kekasih Allah, mereka takkan merasa takut kepada selain Allah, dan takkan merasa susah sedikitpun kerana mereka selalu berada dekat denganNya.
Antara kesan yang dapat kita lihat sekiranya perbuatan maksiat ini tidak diatasi dengan segera ialah :
Maksiat akan menghalangi diri kita untuk mendapatkan ilmu pengetahuan Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Tapi ketahuilah, kemaksiatan dalam hati kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya itu. Suatu ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi’i yang luar biasa. Imam Malik berkata, “Aku melihat Allah telah menyiratkan dan memberikan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.”
Maksiat akan menghalangi Rezeki
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkan ketakwaan berarti menimbulkan kefakiran. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya.” (HR. Ahmad)
Karena itu, kita harus meyakini bahwa takwa adalah penyebab yang akan mendatangkan rezeki dan memudahkan rezeki kita. Jika saat ini kita merasakan betapa sulitnya mendapatkan rezeki Allah, maka tinggalkan kemaksiatan! Jangan kita penuhi jiwa kita dengan debu-debu maksiat.
Maksiat membuat kita berjarak dengan Allah. Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah perbuatan dosa itu. Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa.”
Maksiat membuat jarak dengan orang-orang baik.
Semakin banyak dan semakin berat maksiat yang kita lakukan, akan semakin jauh pula jarak kita dengan orang-orang baik. Sungguh jiwa kita akan kesepian. Sunyi. Dan jiwa kita yang gersang tanpa sentuhan orang-orang baik itu, akan berdampak pada hubungan kita dengan keluarga, istri, anak-anak, dan bahkan hati nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, “Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang (kendaraan) dan istriku.”
Maksiat membuat sulit semua urusan kita
Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka kemaksiatan akan mempesulit segala urusan pelakunya. Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki dan kebencian makhluk.” Jika kita gemar bermaksiat, semua urusan kita akan menjadi sulit karena semua makhluk di alam semesta benci pada diri kita. Air yang kita minum tidak ridha kita minum. Makanan yang kita makan tidak suka kita makan. Orang-orang tidak mau berurusan dengan kita karena benci.
Maksiat melemahkan hati dan badan
Kekuatan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat, maka kuatlah badannya. Tapi pelaku maksiat, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah. Tidak ada kekuatan dalam dirinya. Lihatlah bagaimana menyatunya kekuatan fisik dan hati kaum muslimin pada diri generasi pertama. Para sahabat berhasil mengalahkan kekuatan fisik tentara bangsa Persia dan Romawi padahal para sahabat berperang dalam keadaan berpuasa!
Maksiat menghalangi kita untuk taat
Orang yang melakukan dosa dan maksiat cenderung untuk tidak taat. Orang yang berbuat masiat seperti orang yang satu kali makan, tetapi mengalami sakit berkepanjangan. Sakit itu menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik. Begitulah. Jika kita hobi berbuat masiat, kita akan terhalang untuk berbuat taat.
Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahan
Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Padahal, tidak ada kehidupan kecuali jika hidup itu dihabiskan untuk ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikir kepada Allah serta mencari keridhaan-Nya.
Jika usia kita saat ini 40 tahun. Tiga per empatnya kita isi dengan maksiat. Dalam kacamata iman, usia kita tak lebih hanya 10 tahun saja. Yang 30 tahun adalah kesia-siaan dan tidak memberi berkah sedikitpun. Inilah maksud pendeknya umur pelaku maksiat. Sementara, Imam Nawawi yang hanya diberi usia 30 tahun oleh Allah swt. Usianya begitu panjang. Sebab, hidupnya meski pendek namun berkah. Kitab Riyadhush Shalihin dan Hadits Arbain yang ditulisnya memberinya keberkahan dan usia yang panjang, sebab dibaca oleh manusia dari generasi ke generasi hingga saat ini dan mungkin generasi yang akan datang.
Maksiat menumbuhkan maksiat lain
Seorang ulama salaf berkata, jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorongnya untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan, maka dia pun akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi pelakunya.
Karena itu, jangan sekali-kali mencoba berbuat maksiat. Kita akan ketagihan dan tidak bisa lagi berhenti jika sudah jadi kebiasaan!
Maksiat mematikan bisikan hati nurani
Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan. Dan sebaliknya, akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat pun dapat memutuskan keinginan hati untuk bertobat. Inilah yang menjadikan penyakit hati paling besar: kita tidak bisa mengendalikan hati kita sendiri. Hati kita menjadi liar mengikuti jejak maksiat ke maksiat yang lain.
KEINDAHAN PINTU SYURGA
Mentaati Pemimpin
Dalam kita menguasai sesuatu badan, kumpulan atau organisasi atau menjadi seorang pemimpin, tanggungjawab dan pengorbanan ketua atau pemimpin itu dalam sesuatu badan adalah amat besar dan luas kuasanya. Kuasanya meliputi semua aspek. Namun begitu, artoriti seorang pemimpin pada masa kini kurang menyerlah kepimpinannya seperti pemerintahan beraja di Negara Jepun pada abad ke-19. Di jepun sistem pemerintahan beraja dikuasai oleh shogun tokugawa. kuasa pemerintahannya telah diambil sepenuhnya oleh shogun. Pemerintahan ini berlaku pada zaman dahulu kala.
Kita lihat pemilihan pemimpin atau amir sekarang lebih kepada berat sebelah. Pemilihan pemimpin sekarang sangat lemah dan amat membahaya kerana pemilihan dipilih melalui kekayaan, paras rupa dan seumpamanya dalam melantik pemimpin.
Dalam perjuagan ILMU dan PENGALAMAN adalah faktor yang sangat penting dalam memilih calon sebagai pemimpin atau amir atau ketua dalam sesuatu badan atau organisasi.
Apabila dilanti sebagai ketua ada masanya kita perlu ikut arahannya adakala tidak. Jika tidak bertentangan dengan islam maka ia boleh diikut jika sebaliknya maka jangan.
Mari kita hayati hadis ini :
Diriwayatkan hadith dari Syu'bah hadith dari yahya b Hussein hadith dari neneknya (i.e. nenek Yahya) yg berkata:'Aku mendengar Rasulallah (s.a.w) bersabda: 'Jika dijadikan Amir atas kamu sekelian seorang hamba Habsyi yg cacatpun, maka mendengarkanlah (nasihat dan ketetapannya) dan taatilah (ketetapan, perintah dan suruhannya) selama dia menunjukkan dengan panduan Kitab Allah (a.w) (yakni, al-Quran).' [Hadith ibnu Majah] jelaslah yang wajib kita pastikan bukan rupa bentuk atau keturunan orang yang dilantik sebagai pemimpin atau Imam/Amir itu, tetapi dia menguruskan jema'ah umam (yg kita adalah anggota jema'ah tersebut) dengan berpandukan al-Quran dan as-Sunnah. Kalau dia memerintahkan sesuatu yang ditegah atau bertentangan dgn al-Quran dan as-Sunnah, maka nasihatnya atau perintahnya tak perlu didengarkan dan jangan sekali-kali ditaati. Kerana menentang Allah (a.w) dan Rasulallah (s.a.w) menyebabkan kita tergelincir dari Islam, wal iya zubillah
LEMAHNYA KITA INI
Kelebihan Dan Rahsia Disebalik Wudhuk
1 – Sebahagian Dari Iman Diriwayatkan daripada Abu Malik al-Ash’ari r.a., Nabi S.A.W. bersabda: “Bersuci itu adalah sebahagian daripada iman…” (H/R. Muslim, no. 223)
2 – Wudhu’ Yang Sempurna Menghapuskan Dosa Pengambilan wudhu’ yang sempurna bukan sahaja jaminan diterima solatnya tetapi ianya juga dapat menghapuskan dosa-dosa selagi tidak melakukan kesyirikan. Rasulullah S.A.W. bersabda: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Telah bersabda Rasulullah S.A.W. : Apabila seseorang hamba muslim atau mukmin berwudhu’ maka setelah ia membasuh wajahnya, keluarlah dari wajahnya segala dosa yang telah dilihat oleh kedua matanya melalui air atau bersama titisan air yang terakhir. Ketika membasuh kedua tangannya keluarlah dari kedua tangannya setiap dosa yang telah dilakukan oleh kedua tangannya bersama air atau bersama titisan air yang terakhir. Sewaktu ia membasuh kedua belah kakinya, keluarlah dari kedua kakinya setiap dosa yang dilangkah oleh kedua kakinya bersama air atau bersama air terakhir sehinggalah setelah ia selesai berwudhu’ ia bersih dari dosa-dosanya.” (H/R. Muslim, 1/148) “Barangsiapa yang berwudhu’ seperti ini (seperti wudhu’nya Rasulullah), diampunkan dosa-dosanya yang telah berlalu dan solat serta perjalanannya ke masjid adalah dipenuhi pahala”. (H/R. Muslim, 3/113) Dari Abi Umamah r.a. berkata: Rasulullah S.A.W. bersabda: “Apabila seseorang muslim berwudhu’ maka akan keluar dosa-dosanya dari pendengarannya (telinganya), matanya, tangannya dan dari kedua kakinya. Apabila ia duduk menanti solat, ia duduk dalam keampunan (diampunkan) dosa-dosanya.” (H/R. Ahmad, 5/252. Hadis Hasan: Lihat Jami’ as-Saghir, No. 461)
3 – Wudhu’ Mengangkat Darjat Manusia Diriwayatkan daripada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: “Sesungguhnya Rasulullah S.A.W. telah bersabda: Sukakah kamu semua sekiranya aku tunjukkan kepada kalian akan amalan yang dapat menghapuskan kesalahan-kesalahan dan mengangkat beberapa darjat kalian? Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Maka Baginda S.A.W. pun bersabda: “Iaitu (antaranya) menyempurnakan wudhu’ walaupun dalam keadaan yang tidak disenangi (seperti kesejukan dan sebagainya)…” (H/R. Muslim, no: 253)
4 – Wudhu’ Dapat Membuka Pintu Ke Syurga Diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab r.a., Rasulullah S.A.W. bersabda: “Tiada seorang pun dari kalian yang berwudhu’, lalu ia menyampaikan atau meratakan wudhu’nya, kemudian dia mengucapkan: “Asyhadu alla ilaha illallah wa anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuluh”, melainkan dibukalah untuknya pintu syurga yang lapan, dia boleh memasuki dari pintu mana pun yang dia kehendaki.” (H/R. Muslim, no: 234)
5 – Wudhu’ Memberi Cahaya Di Akhirat Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah S.A.W. telah bersabda: “Perhiasan-perhiasan di syurga itu sampai di tubuh seorang mukmin, bersesuaian dengan anggota yang dicapai oleh wudhu’.” (H/R. Muslim, no: 250)
6 – Wudhu’ Dapat Membuka Ikatan Syaitan Dari Abu Hurairah r.a, beliau meriwayatkan dari Rasulullah S.A.W., bahawa syaitan mengikut manusia ketika tidur di malam hari, dengan tiga ikatan. Kemudian Rasulullah S.A.W. memberitahu cara untuk merungkai ikatan tersebut, dalam sabda Baginda S.A.W. : “…sekiranya dia (manusia) bangun (dari tidurnya), dan mengingati Allah, bebaslah satu ikatan. Sekiranya dia berwudhu’ pula, bebaslah satu ikatan lagi, dan sekiranya dia bersolat, bebaslah satu ikatan lagi. Maka dia akan menjadi segar dan baik dirinya. Sekiranya dia tidak melakukannya (berzikir, wudhu’, dan bersolat), maka dia akan menjadi buruk dan pemalas.” (H/R. al-Bukhari, no: 1091)
Antara kelebihan-kelebihan lainnya adalah seperti berikut :
– Orang yag tidur dalam keadaan berwuduk pahalanya seperti berpuasa.
– Orang yang wuduk sebelum tidur, malaikat tidur bersamanya.
– Nabi kenal umatnya melalui cahaya wuduk. Wuduk selepas wuduk yang belum batal umpama – Cahaya atas cahaya (Nur ala nur) , sudah cerah lagi bersuluh.
- Doa selepas wuduk mengugurkan dosa.
– Wuduk menjadi kafarah, menghapus dosa antara 2 waktu solat.
– Air wuduk dan mandi junub menghasilkan malaikat yang berdoa dan minta ampun untuk tuannya
Kemalasan Membawa Kepada Buta Ilmu
Cara Rasullulah S.A.W Menjaga Kesihatan Diri
KEMANISAN UKHWAH!!!
Sahabat...
Rasa cinta adalah fitrah manusia. Kerananya, percintaan adalah rentangan waktu kehidupan manusia yang akan mereka lalui dengan keindahan dan haru biru. Cinta yang tulus, insyaAllah akan menyelamatkan manusia dari api neraka yang maha dahsyat panasnya.
Cinta tulus, terbesar dan hakiki adalah cinta kepada Allah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah sabda Rasulullah SAW. melalui Anas ra., "Ada tiga perkara yang barangsiapa dalam dirinya terdapat ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, iaitu Allah dan RasulNya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya kerana Allah; dan tidak ingin kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah sebagaimana dia tidak ingin kalau dicampakkan ke dalam api."
Sahabat...
Sesungguhnya persaudaraan kita merupakan buah dari ketinggian akhlak, dan tafarruq (perselisihan) kita merupakan akibat dari rendahnya akhlak. Akhlak yang bagus membuahkan rasa saling cinta, saling sayang, dan saling memberikan manfaat. Kerana itu, cinta melahirkan ukhuwah. Ukhuwah yang telah digambarkan secara mengharukan oleh Bilal, Amar dan Zaid, atau Umar, Ali dan Utsman, yang bersanding dan bercinta kerana Allah. Kasih sayang diantara mereka merupakan gambaran janin ukhuwah yang dikandung dalam perut iman, dan terlahir dari ibu yang bernama iman.
Ukhuwah bererti bersatunya hati-hati yang ruhnya terikat dengan ikatan akidah. Kerananya, persaudaraan adalah bentuk keimanan yang terikat dengan akidah yang amat kuat. Sementara perpecahannya adalah gambaran kekufuran, yang menempatkan keimanan dan kasih sayang di tempat sampah. Oleh kerana itu, manusia yang benar fikrahnya adalah manusia yang melihat saudaranya lebih utama dibanding dirinya sendiri. Jika perkara ini terjadi, ukhuwah akan terasa sangat indah, nikmat, dan manis.
Sahabat...
Persaudaraan dan saling mencintai kerana Allah adalah salah satu ibadah yang paling utama dalam agama kita. Siapapun yang berupaya mewujudkannya, tiada perkara lain baginya kecuali syurga yang maha indah.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa bersaudara dengan seseorang kerana Allah, maka Allah mengangkatnya satu darjat di syurga, yang tidak didapatnya dengan sesuatu amalan lainnya".
Ibnu Jarir pun meriwayatkan sabda Rasulullah SAW. dari Ibnu 'Abbas ra., ia berkata, "Barangsiapa mencintai seseorang kerana Allah, membenci seseorang kerana Allah, membela seseorang kerana Allah, dan memusuhi seseorang kerana Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan dari Allah boleh diperoleh dengan perkara tersebut.
Seorang hamba tidak akan menemukan nikmatnya iman, sekalipun banyak sholat dan shaum, sehingga dia bersikap demikian. Persahabatan diantara manusia pada umumnya didasarkan atas kepentingan dunia, namun perkara itu tidak berguna sedikitpun bagi mereka."
Sahabat...
Cinta seorang Mukmin adalah kekuatan. Ia bagaikan perekat yang mengikat batu bata individu Muslim dalam sebuah bangunan yang kukuh dan tidak mudah roboh. Allah Swt. Berfirman;
Sementara itu, Rasulullah Saw bersabda, "Mukmin yang satu terhadap Mukmin yang lain itu bagaikan bangunan yang mengikat antara sebagian dengan sebagian yang lainnya." HR. Muttafaqun 'Alaih
Sahabat...
Persaudaraan Islam bukanlah suatu permasalahan sampingan dalam Islam, tetapi ia menjadi salah satu prinsip dasar yang menyertai syahadah (persaksian) terhadap keesaan Allah dan kesaksian terhadap kerasulan Muhammad Saw. Persaudaraan merupakan buah dan konsekuensi keimanan yang amat sangat indah. Kerana itu, kita harus sama-sama yakin bahawa keindahanNya qadim. KeagunganNya tinggi. Kekuasaan dan penguasaanNya Maha Dahsyat. KeindahanNya berpadu dengan kemuliaan. KeagunganNya berpadu dengan keluhuran. KebesaranNya tidak pernah berakhir. KeindahanNya pesona hati. KeagunganNya meningkatkan cinta. Sungguh, tiada cinta yang hakiki kecuali cintaNya kepada kita sebagai makhlukNya, dan cinta kita kepadaNya. Adakah kita merasakan semuanya?
PEMUDA VS PEMUDI : LOGIKKAH??
Ramai menganggap lelaki bersalah jika berkawan mesra dengan seorang perempuan, tetapi bukan niat untuk dihalalkan (kahwin)?
Patutkah?
Seorang perempuan berkawan mesra, melayan seorang lelaki, tetapi sekadar teman biasa, dengan alasan selesa berkawan sedemikian?
Salahkah?
Apabila lelaki dilayan mesra itu, berasa tertarik, lalu meluahkan perasaan untuk mengubah perhubungan kawan yang penuh batasan menjadi teman yang pasti halal, lantas dikatakan tidak ikhlas dalam berkawan.
Setujukah?
Berkawan lelaki dan perempuan, BIASANYA akan ada atau bakal timbul satu perasaan lumrah, ke arah pernikahan.
Solusinya..
Matlamat tidak pernah menghalalkan cara.
Tutuplah jalan-jalan fitnah yang tidak pasti bila datang, kerana ketakwaan.
Samada sekadar keperluan atau untuk pernikahan..
Jika perlu berhubung lelaki dan perempuan, pastikan sekadar keperluan,
Segala yang berlebihan, layanan mesra MESTILAH dijauhkan
Jika ada PERASAAN, ikhlaskan, ikut saluran yang betul.
Untuk kaum Adam,
Jika ada perasaan, pastikan mengikut saluran yang betul, berdasarkan pedoman Al-Quran dan Sunnah Nabi Junjungan SAW.
Jika ditolak samada penuh kehormatan atau tidak berbalas, anggaplah ianya 'ibrah (pengajaran) dan khibrah (pengalaman) kehidupan.
Untuk kaum Hawa,
Jika ada menerima luahan penuh keikhlasan yg telah mengikut saluran yg betul, cubalah balas keikhlasan dengan kejujuran, "berkatalah benar walau jawapannya penuh kepahitan".
Jika tiada kemampuan, gunalah kebijaksanaan untuk menyatakan juga jawapan (mungkin melalui saluran orang tengah), apa yang penting, jujur dan tenang dalam jawapan.
INGATLAH SABDA RASULULLAH SAW:
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Jika kita suka kebaikan, kejujuran dan keikhlasan untuk diri kita, maka lakukanlah sedemikian rupa untuk saudara-saudara kita, kerana itulah tanda kesempurnaan Iman..
Semoga Allah membalas segala kebaikan mereka dan kita dengan dipermudahkan segala urusan, kerana sebagaimana Sabda Nabi SAW:
(Hadis Riwayat Muslim)
"Stereng" kehidupan ada di tangan kita untuk menentukan hala "tayar" ke arah destinasi kebaikan.
Mungkin ada yang mampu memberi FREE ADVICE, tetapi perubahan diri bukanlah AUTO-DRIVE
Tolonglah... jangan bersedih!
"LEMBU OH LEMBU..KALAULAH KAU PANDAI BERCAKAP"
Seorang lelaki sedang berjalan dengan lembunya...
LEMBU. Aku makan rumput. tuan makan apa?
LELAKI. Aku makan nasi. kita tak sama.
LEMBU: tuan tidur di mana?
LELAKI. Aku tidur atas tilam. engkau tidur dalam kandang. mana nak sama.
tiba-tiba kedengaran laungan azan....
LEMBU: itu suara apa?
LELAKI: Seruan azan mengajak bersembahyang.
LEMBU: tuan tak sembahyang?
LELAKI: tidak.
LEMBU: samalah kita.
LELAKI: ????????????
LEMBU OH LEMBU...
Kau tak tutup aurat?
Tak mengapalah kerna kau LEMBU..
LEMBU OH LEMBU...
Kau tak puasa?
Tak mengapalah kerna kau LEMBU..
LEMBU OH LEMBU...
Kau tak solat?
Tak mengapalah kerna kau LEMBU..
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mahu memahami dengannya (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mahu melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mahu mendengar dengannya (ajaran dan nasihat); MEREKA ITU SEPERTI BINATANG TERNAK, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A'raaf:179)
3 Tahap Ikhlas
PROGRAM BULANAN KALI KE-2
Tudung Yang Dipinkan Ke Belakang Menyerupai Biarawati Kristian??
Adakah dakwaan itu benar walaupun si pemakai (wanita islam) tidak pernah mempunyai niat sedemikian, hanya pakai tudung dengan meng'pin'kan di bahagian leher bagi menampakkan kekemasan.Harap ust dapat memberikan penjelasan.
Cara pemakaian tudung yang dituntut oleh Syariat ialah dengan menutupi seluruh kepala (rambut), bahagian leher dan labuh hingga ke dada. Ini sebagaimana arahan Allah;
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
“Dan hendaklah mereka (yakni wanita-wanita beriman) melabuhkan tudung-tudung kepala mereka hingga ke dada-dada mereka”. (an-Nur: 31)
Mengenai fesyen, tidaklah disyaratkan fesyen tertentu asalkan ia memenuhi kehendak ayat di atas. Warna juga tidak dihadkan kepada warna tertentu, akan tetapi hendaklah dipastikan tudung yang dipakai tidak jarang dan tidak mempunyai corak yang terlalu menarik perhatian lelaki atau corak-corak lain yang tidak sesuai dengan idenditi wanita Islam. Warna yang disukai Rasulullah ialah warna putih sebagaimana sabdanya; “Pakailah pakaian berwarna putih kerana sesungguhnya ia lebih suci dan lebih baik dan kafankanlah dengannya jenazah-jenazah kamu” (HR Imam at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah dan Musnad Imam Ahmad dari Samurah bin Jundab r.a.).
Mengenai penyerupaan/peniruan kepada orang kafir, Nabi -sallallahu 'alaihi wasallam- bersabda; "Sesiapa menyerupai satu kaum, ia dari kaum tersebut" (HR Imam Abu Daud dari Ibnu Umar). Menurut Imam Ibnu Kathir; hadis ini merupakan larangan keras terhadap perbuatan meniru orang kafir sama ada dalam ucapan, perbuatan, pakaian, perayaan, ibadah dan sebagainya yang tidak disyariatkan untuk kita (umat Islam). (Lihat; Tafsir al-Quran al-Adziem, surah al-Baqarah, ayat 104).
Namun para ulamak menjelaskan; maksud peniruan/penyerupaan kepada orang kafir atau orang fasik yang dilarang ialah yang khusus bagi sesuatu kaum kafir atau fasiq iaitu yang menggambarkan indentiti mereka, seperti; salib (yang melambangkan agama kristian), sabit dan penukul (lambang komunis), lambang nazi, pakaian-pakaian orang fasiq (seperti gaya berpakaian artis-artis Barat), gaya-gaya rambut orang fasik dan sebagainya. Adapun pakaian yang dipakai oleh orang ramai tanpa mengira agama dan bangsa seperti seluar, baju kemeja, kot dan sebagainya atau berlaku kesamaan/keserupaan secara kebetulan seperti jubah litup yang dipakai oleh imam-imam, ulamak-ulamak dan dipakai juga oleh paderi-paderi Kristian dan Yahudi, kopiah yang dipakai oleh orang-orang Islam dan turut dipakai oleh sebahagian penganut bukan Islam (seperti orang Yahudi), tudung kepala (yang turut dipakai juga oleh paderi-paderi wanita kristian) dan sebagainya, penyerupaan/kesamaan secara umum atau kebetulan ini tidaklah termasuk dalam larangan hadis kerana ia bukan bersifat khusus bagi sesuatu kaum kafir atau melambangkan identiti agama mereka.
Adakalanya suatu pakaian menjadi identiti agama di satu tempat, tetapi di tempat lain ia adalah pakaian biasa yang tidak melambangkan agama. Maka ditempat lain itu, tidaklah dianggap menyerupai penganut agama lain jika ia dipakai oleh orang Islam. Imam Malik pernah ditanya hukum memakai sejenis pakaian bernama al-Burnus.[1] Ia menjawab; "Harus". Dikatakan kepadanya; "Tetapi ia adalah pakaian rahib-rahib Nasara (ahli-ahli ibadat Kristian)". Imam Malik menjawab; "Ia di sini (di Madinah) dipakai oleh orang ramai". Begitu juga, suatu pakaian mungkin pernah menjadi identiti agama di satu masa, namun setelah zaman berubah, ia tidak lagi menjadi identiti agama. Imam Ibnu Hajar ketika mengulas tentang sejenis pakaian yang bernama al-Mayasir al-Arjuwan yang dilarang oleh Nabi di zamannya, beliau (yakni Ibnu Hajar) berkata; Pakaian tersebut jika sebab larangannya adalah untuk mengelak dari mengerupai orang-orang asing (orang-orang bukan Islam) maka larangan tersebut adalah kerana maslahah agama. Namun oleh kerana pakaian itu hanya menjadi syiar agama pada ketika itu sahaja iaitu pada zaman mereka masih kafir, kemudian hari ini ia tidak lagi menjadi syiar agama, maka larangan tersebut telah hilang. (Lihat; Fathul-Bari, Imam Ibnu Hajar, kitab al-libas, bab Labs al-Harir wa ad-Dibaaj....). Apa yang disebut oleh ulamak itu mungkin boleh kita samakan dengan masalah pemakaian cepiau (topi).[2] Pada zaman dulu, pemakaiannya difatwakan haram oleh ulamak-ulamak kerana ia adalah topi penjajah. Apabila seorang muslim memakainya pada ketika ia seolah-olah dari kalangan penjajah atau yang pro penjajah. Namun hari ini, faktor yang menyebabkab larangan itu telah tidak ada lagi, maka tidak ada ulamak yang memfatwanya sebagai haram dipakai oleh orang Islam hari ini.
Untuk memudahkan kita membezakan bentuk penyerupaan yang harus dan yang tidak harus, di bawah ini dikemukan beberapa dhabit yang diberikan ulamak;
1. Berkata Imam al-Qurthubi; "Jika suatu pakaian telah menjadi identiti khusus bagi golongan fasik atau golongan yang suka berpoya-poya, dilarang orang lain memakainya" (Faidhul-Qadier, 6/104).
2. "Semua jenis pakaian yang boleh menimbulkan tanggapan kepada orang yang melihat bahawa si pemakainya adakah kafir atau dari kelompok fasik, maka ia adalah penyerupaan yang dilarang agama" (Syeikh Abdul-Wahhab Tawilah).
3. "Yang dikehendaki dengan menyerupai orang-orang kafir yang dilarang itu ialah menyerupai mereka dalam perkara yang menjadi identiti khusus mereka dalam adat-adat (kebiasaan-kebiasaan hidup) dan menyerupai mereka dalam perkara-perkara yang direka mereka dalam agama mereka merangkumi urusan-urusan aqidah dan ibadah-ibadah mereka" (Majlis Fatwa Arab Saudi, 3/307).
4. "Cara untuk menilai penyerupaan (yang dilarang) ialah; orang yang meniru/menyerupai ia melakukan suatu perbuatan yang menjadi identiti khusus orang yang ditiru. Maka maksud menyerupi orang-orang kafir (yang ditegah agama) ialah seorang muslim melakukan sesuati yang menjadi identiti khusus orang-orang kafir. Adapun perkara yang telah tersebar di kalangan orang-orang Islam dan tidak lagi menjadi ciri-ciri khusus orang kafir, ia tidaklah dikira penyerupaan dengan mereka. Maka ia tidaklah diharamkan kerana faktor penyerupaan walaupun mungkin diharamkan kerana faktor yang lain" (Syeikh Muhammad Soleh al-Uthaimin).
Merujuk kepada soalan di atas, apakah tudung yang dipin ke belakang itu benar-benar menyerupai biarawati kristian?, persoalan ini perlulah diselidiki lebih lanjut. Namun secara zahirnya, di Malaysia ini wanita-wanita Islam yang memakai tudung sebegitu tidaklah dilihat oleh orang lain sebagai biarawati kristian atau orang yang ingin meniru mereka. Ia mungkin berlaku secara kebetulan. Oleh itu, pada pandangan saya ia tidaklah boleh kita anggap sebagai menyerupai biarawati Krisrian secara dasarnya. Namun dari segi pemakaian tudung, hendaklah dipastikan ia mematuhi ciri-ciri tudung yang ditetapkan Allah tadi.
Wallahu a'lam.
Rujukan;
1. Fiqh al-Albisah wa az-Zinah, Abdul Wahhab bin Abdus-Salam Tawilah, hlm. 182.
2. Fathul-Bari, Imam Ibnu Hajar, kitab al-libas, bab Labs al-Harir wa ad-Dibaaj....
2. Fatwa Syeikh Muhammad Soleh al-Munajjid (Islamqa.com), no. 69789.
Nota hujung;
[1] Burnus; tutup/tudung kepala bersekali dengan baju atau jubah (lihat; Kamus al-Marbawi). Ia dipakai oleh rahib-rahib Kristian.
[2] Cepiau; Syeikh Idris al-Marbawi dalam kamusnya (Kamus al-Marbawi) menyebutkan; ia haram dipakai.
PANDUAN MENUJU KEJAYAAN DUNIA & AKHIRAT
* Beribadat dengan konsepnya yang betul berdasarkan elemen ilmu, kerana sesuatu ibadat itu tidak akan diterima tanpanya.