AQIDAH ISLAM JALAN LURUS MENCAPAI KEBAHAGIAN



Siapapun orang di kalangan kaum muslimin pasti pernah mendengar kata ‘aqidah’. Di berbagai kesempatan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat keagamaan perkataan ini sering terucap. Bahkan para ustaz, kiyai dan da’i menyatakan bahwa aqidah merupakan dasar pembangunan Islam.
Apa sebenarnya faedah dan keutamaan dari aqidah Islam itu ? tulisan berikut akan sedikit mengulas tentang hal tersebut.
Bilal adalah seorang budak hitam milik seorang qurays yang bernama Umayah. Ketika terbit cahaya Islam, Bilal merupakan salah seorang yang Allah beri hidayah untuk merasakan cahaya Islam tersebut. Beliau bersaksi bahwa tidak ada penyembahan yang benar kecuali Allah. Kian hari semakin kukuh dan subur benih Islam di hati beliau. Sampai suatu ketika tuan beliau yang masih kafir mengetahui keislaman beliau dan murka. Bilal dipaksa untuk kembali kepada kekafiran dan beribadah kepada beragama penyembahan yang ada.
Iman yang bersemayam di hati Bilal membuatnya tegar menghadapi berbagai siksaan yang luar bisa kejamnya. Bilal disiksa dengan dijemur di tengah terik matahari padang pasir, ditindih tubuhnya dengan batu besar dan disiksa dengan berbagai siksaan lain yang luar biasa kejam. Namun di saat diuji dengan siksaan itu, hati beliau merasakan sejuknya sebuah keimanan, sehingga terlontar dari mulut beliau yang mulia….Ahad (Allah Maha Esa)…Ahad… Kita akan terhairan, dan mungkin akan segera bertanya mengapa Bilal dan para sahabat yang lain begitu tegarnya menghadapi ujian, intimidasi dan siksaan yang seberat itu ? Jawabnya adalah, karena mereka telah mendapatkan sebuah kebahagiaan yang hakiki.
Kebahagiaan yang tidak banyak difahami oleh kebanyakan orang. Kerana umumnya manusia menyatakan bahawa bahagia itu adalah kekayaan yang melimpah, rumah indah, kendaraan mewah dan terpenuhinya segala fasiliti keduniaan. Memang itu semua adalah pendukung kebahagiaan di dunia, namun dalam dataran kehidupan, kita banyak menemukan orang yang telah terpenuhi segala materi dunianya tetap saja merasakan kesempitan hidup, tidak tenang, stress, bahkan tak jarang mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri… naudzubillah min dzaalik. Inikah kebahagiaan ?
Mungkin ada pula yang akan berkata, kalau demikian bahagia itu harus meninggalkan urusan dunia, hidup miskin, mengembara, tidak usah punya isteri dan keluarga atau…………? Itu juga bukan sebuah kebahagiaan yang benar, karena kebahagiaan bisa dinikmati oleh si kaya maupun si miskin, tua atau muda dan segala kalangan.
Berkaitan dengan hal ini para ulama mendefinisikan, kebahagiaan adalah ketenangan hati, lapangnya dada, dan merasa cukup dengan pemberian Allah. Itulah kebahagiaan, dan segalanya hanya bisa diraih dengan keimanan yang benar, sebagaimana sabda Nabi .shallallaahu alaihi wasallam “Sungguh menghairankan perkaranya orang mukmin, karena setiap perkaranya akan baik baginya, apabila dia mendapatkan kenikmatan maka dia bersyukur dan itu baik bagi dia, dan apabila ia mendapatkan musibah maka ia bersabar maka itupun baik bagi dia” (HR Bukhari).
Inilah peranan sebuah keimanan atau aqidah yang benar, yang membawakan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Dunia memang tidak pernah sepi dari kesedihan dan kesenangan, kemudahan dan kesukaran. Menghadapi hal tersebut seorang insan muslim yang beraqidah lurus akan selalu tegar menghadapi goncangan badai kehidupan. aneka ragam musibah, seperti kekurangan harta, kekurangan jiwa (kematian anak atau keluarga), kekurangan bahan makanan, pakaian atau ancaman, insya Allah akan mampu diatasi dengan ketegaran. Di dalam hatinya dipenuhi rasa harap kepada Allah, ketergantungan kepada Allah, tawakkal, sabar , dan redha terhadap ketentuan Allah. Tak goyah imannya dengan ujian-ujian tersebut bahkan semakin kukuh, mendorongnya untuk lebih mendekat kepada Allah dan mengikhlaskan doa hanya kepadaNya semata. Ia mengaplikasikan sabda Rasulullah shallalllahu alaihi wa sallam “Apabila engkau meminta mintalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah.” (H.R. Tirmidzi).
Maka disaat itulah bertambah ketenangan dan kebahagiaan di dalam hatinya, yang kebahagiaan itu tak dirasakan oleh mereka yang tak kenal akan Tuhannya. Ia pun yakin akan firman Allah : “Apabila Allah menimpakan bahaya kepadamu maka tidak ada yang mampu mengangkatnya kecuali Dia.” (QS Al An ‘am). Hal tersebut di atas berbeda dengan mereka yang lemah aqidah dan imannya. Ujian yang datang sering membuat goncang, putus asa, mengumpat takdir atau terkadang lari kepada hal-hal yang lemah seperti meminta bantuan paranormal atau jin. Insan yang beraqidah lurus akan menjadi pribadi yang penuh dengan keindahan. Hal ini karena jelasnya tujuan hidup yang ia miliki, hendak kemana, untuk apa dan mengapa dia hidup di dunia. Maka jelaslah arah perjalan dia, sangat pasti ia melangkah dan tak ragu-ragu untuk menapak kehidupan. Ia sangat faham dengan tujuan hidup dia…….
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS Adz dzariyat : 56).
Maka, penggalian nilai-nilai kesempurnaan Islam yang diawali dengan aqidah adalah hal yang tak tertawarkan lagi.
Mari kembali kepada Islam… !
Wallallahu a’lam bish shawab